Jika HINDU jadi MUALAF: Arabisasi nurani India

Jika HINDU jadi MUALAF: Arabisasi nurani India

Tentang Arabisasi nurani India
By Alexander Zinoveiv

Peradaban & budaya India telah kehilangan wilayah yang sangat luas, akibat dicaplok Islam.

Mendengar nama-nama anak muda Bangladesh membuat kita tercengang, seakan orang tua mereka memakai buku telpon dari Kuwait, Abu Dhabi atau Saudi untuk memilih nama bagi anak-anak mereka … Orang-orang ini melakukan pengkhianatan besar-besaran terhadap budaya nenek moyang mereka yang jauh lebih tua dan indah ketimbang budaya yang mereka dengan begitu keranjingan mengimpor dari gurun pasir Arab !

Orang-orang Hindu yang menerima Islam memang orang-orang aneh ! Secara sosiologis dan etnologis mereka jelas merupakan bagian integral dari bangsa India. Tapi mereka justru menganggap diri lebih Arab daripada Arab.

Begitu seorang Hindu menerima Islam, ia mengalami metamorfose total. Raut wajah khas Bengali yang manis dengan sifat dan tata krama yang lemah lembut, dalam beberapa bulan saja akan berubah menjadi khas Arab — dari busana sampai dengan ekspresi wajah dan tata krama. Sikapnya mengandung ciri-ciri khas bangsa Semitik dari Timur Tengah : keras, imperial dengan pandangan mata yang kata mereka 'pasrah' namun menyimpan kesombongan dan kebencian.

Dalam sekejap saja, Muslim-muslim India tidak hanya mirip Arab, namun perasaan dan pikirannya persis Arab asli.

Emosinya menjadi resah dan reaksinya sering meluap-luap. Kalau kemarin lelaki Hindu kalem yang tidak berani membunuh lalat sekalipun, kali ini ia mulai turun ke jalan sambil mengepalkan tangannya, dengan mata merah darah dan sumpah serapah serta jigong mulai keluar dari mulutnya : “BANTAI KAFIR, ALLAHU AKBAR ... ALLAHU AKBAR ... LA ILLAHHHAA .. dsb.”

Si mualaf ini akan meninggalkan alfabet devanigiri Hindu nenek moyangnya dan mengadopsi kata-kata kitab-kutub-khotib. Nama-nama India cantik seperti Aishwarya, Satischandra Datta atau Sivani — sekarang jadi Abdul Rashid atau Ibn Abi al Husein atau Muhamad bin Muhamad Muhamad Muhamad.

Sangat dimungkinkan bahwa mualaf-mualaf ini sama sekali tidak merasa telah melakukan pengkhianatan sedikitpun terhadap budaya nenek moyang mereka. Mereka juga sama sekali tidak sadar bahwa mereka tidak akan pernah menjadi Arab tulen dan bahwa fenomena Arabisasi sukarela ini merupakan hal yang sangat memalukan. Ini jelas semacam “brainwashing.”

Kalau mereka mampu, agar semakin Islami/Arabiah, Muslim Bangladeshpun tidak akan segan-segan mengimpor pasir dari gurun Arab dan menyebarkannya di sawah padi mereka di Bangladesh dan mengganti kerbau-kerbau mereka dengan onta … sayangnya cuaca Bengali akan mengakibatkan onta-onta menderita TBC !

Sementara itu, saudara-saudara mereka di Punjab di Pakistan dan Sindh (kawasan kering kerontang) sudah berhasil mencapai impian Arabiah mereka. Negara itu sudah mirip benar dengan Saudi ; gersang, tidak ada kebebasan, tidak ada kebahagiaan. Selamat bagi saudara-saudara mantan Hindu saya yang berhasil menciptakan surga mereka di dunia.

Tapi kenapa mereka masih belum puas juga dan justru buru-buru imigrasi kembali ke INDIA atau ke negara KAFIR di Barat ?

Koq jauh-jauh ke India.

Pulau Jawa saja lihat. Dahulu masa Majapahit mayoritas adalah Hindu .... sehingga ada istilah hindu jawa.... dan candi-candi adalah bukti sejarah yg tidak bisa disangkal.

Sekarang sudah banyak nama Amad- Amien- Dullah-Aminah... etc.
dan juga banyak yg pake kopiah dan sorban.

GustiAllahmbotensare wrote:Koq jauh-jauh ke India.

Pulau Jawa saja lihat. Dahulu masa Majapahit mayoritas adalah Hindu .... sehingga ada istilah hindu jawa.... dan candi-candi adalah bukti sejarah yg tidak bisa disangkal.

Sekarang sudah banyak nama Amad- Amien- Dullah-Aminah... etc.
dan juga banyak yg pake kopiah dan sorban.

Budaya asli,tulisan jawi kuno lama lama hilang ,ganti tulisan arab yang arti dan maknannya tidak tahu asal cuap cuap