Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 74 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 74 Guests :: 2 BotsNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
Obrolan Santai dengan Om Yesus
+7
abu hanan
BOTELHEM
gusti_bara
mencari petunjuk
Mencarikebenaran
agus
hamba tuhan
11 posters
Page 1 of 1
Obrolan Santai dengan Om Yesus
Obrolan Santai dengan Om Yesus
Kemari sore aku nelfon Om Yesus. Yang ngangkat bundanya, “Ya, halo…! Syapa, nie?”
“Reggie, Bunda. Om Yesusnya ada?”
“Ooo…, Dek Reggie. Bentar, ya, Gie! Bunda panggilin.”
“Makasih, Bunda!”
Telfon ditarok. Kudengar Bunda memanggil Om, Yesus, “Syuusss…, Yesyuusss, Reggie, nih!”
“Ya, Bunda, bentar…!” suara Om Yesus di kejauhan.
"Syuusss..., Reggie!"
“Bilangin Reggie, aku telfon balik 30 menit lagi.”
“Dek Reggie, tutup dulu telfonnya, ya!” nada Bunda lembut kembali di telfon. “Syetengah jam lagi Om Yesyus telfon kamu.”
“Oke, Bunda. Makasih, Bunda!”
Telfon ditutup.
Lama mengenal Om Yesus, aku jadi lebih banyak tahu sifatnya. Biasanya, kalo Om Yesus lagi konsentrasi dengan pekerjaanya, atau sibuk dengan sesuatu, ia memang tidak mau diganggu. Pernah suatu hari, ketika Om Yesus asik ngobrol ngumpul-ngumpul sama sahabatnya, si Dagous tiba-tiba datang memberi tahu, “Sus, dicari Bunda! Bunda ada di luar. Bunda ingin ketemu kamu!”
“Siapa Bundaku?”
“Ha!” Dagous melongo. “Ya, Bunda! Bundamu, Syus!” Dagous mengulangi dengan memberi sedikit aksyen pada nama Om Yesus, menirukan Bunda kalau menyebut nama putra kesayangannya itu.
“Siapa Bundaku?”
“Ya, siapa, lagi! Bundamu, Syus!”
“Siapa Bundaku?” Om Yesus serius, nada suaranya tinggi.
Dagous diam. Jelas kulihat ia heran waktu itu dan tak tahu harus ngomong apa. Semua sahabat Om Yesus juga heran melihat ekspresi Om Yesus.
“Ini Bundaku!” lanjut Om Yesus sambil menunjuk ke arah sahabat-sahabatnya.
Dagous membuka kaca mata minusnya, menggosok-gosok, lalu dipasangnya kembali. Ia perhatikan satu persatu sahabat Om Yesus: Alius, Wachdius, Thomas, Adadus, Yohanes, siapa lagi ya..., Muridus Murtadus, Moderatrus, Mateus, Zebaus, Milalaus, Paulus, Lukas, Yakobus, Pakus Radenus, Petrus, Rebeccus... Para sahabat Om Yesus juga celingak celinguk, saling memperhatikan satu sama lain. Menyaksikan pemandangan itu, aku hanya tersenyum miris. Om Yesus ada-ada saja, pikirku. Masak sahabat-sahabatnya yang laki semua itu (kecuali si Rebeccus) dibilang bundanya. Untung Bunda nggak tahu waktu itu. Kalau Bunda tahu, pasti Bunda sedih juga dan kecewa menyaksikan guyonan Om Yesus yang keterlaluan.
Sebagai sahabat kecilnya, aku merasa paling bisa mengerti Om Yesus. Om Yesus memang nyentrik orangnya. Bahkan kupikir ia lebih dari sekedar nyentrik. Ia lebih tepat disebut sebagai seniman (walaupun tidak semua seniman harus nyentrik). Sering ia memakai perumpamaan ketika bertindak maupun berkata-kata. Dan itulah sesungguhnya yang membuatku tertarik dengannya. Aku mengidolakannya. Aku ingin jadi seniman seperti Om Yesus.
Aku punya teman…, teman sepermainan… nada dering dari mobilephone-ku. Cepat kuangkat.
“Ya, halo! Eh, Om!”
“Tadi telfon, ya. Ada, apa, Gie?”
“Anu, Om…. Anu…, Om lagi sibuk, ya?”
“Ah, enggak, juga. Tadi Om lagi bantuin Papa. Kenapa, Gie?”
“Bantuin Papa? Di mana, Om? Di Sorga?” aku menggodanya dengan menyebut nama toko meubel papanya Om Yesus: ‘Paradise Meubel’.
“Hehehe, kau bisa aja, Gie…” Om Yesus ketawa renyah.
“Emang Om bantuin Papa ngapain?”
“Sebenarnya, Papalah yang bantuin Om, Gie! Gara-gara yang di pasar kemarin itu lo, Gie! Orang-orang pada minta ganti rugi. Om disuruh ganti meja-meja yang om obrak abrik kemarin. Mereka datang ke tempat Om. Mana bawa-bawa Satpol Pamongpraja segala lagi!”
“Om, sih...,” kataku dengan nada menyesal dan sedikit menyalahkan, “Om terlalu bersemangat!” Lalu aku ketawa.
Om Yesus ikut ketawa.
“Orang-orang itu mana tahu, sih, Om? Coba, siapa yang mikir kalau Om sedang acting. Ujug-ujug Om ngamuk di pasar. Menjungkir balikkan meja dan dagangan orang. Mereka ngira Om benar-benar ngamuk, benar-benar gila. Aku sendiri sampai gemetaran lihat Om.”
“Bagus lah, Gie, kalau mereka ngira Om gila beneran. Berarti acting Om sukses, dong! Hahaha…”
“Om…, Om…! Tapi benar loh, Om, ekspresinya dapet. Pas banget, Om!”
“Siapa dulu dong, Gie!”
“Iya, aku percaya…, aku percaya…, Om Yesus tea, calon aktor terkenal!” timpalku.
“Hahaha…”
“Tapi bener loh Om. Sumpah! Keren abizz!”
“Belajar acting ga boleh setengah-setengah. Harus total, Gie! Tapi yang repotnya kalo harus berurusan sama Satpol Pamongpraja itu. Apalagi urusan ganti mengganti. Untung papa Om punya perusahaan meubel, Gie!”
“Ya…, untung Om. Kalo engga, berapa tuh, Om? Om mesti ganti meja-meja itu. Belum lagi harus ngeluarin ongkos ke Olimpia. Pedagang itu mana mau diganti mejanya sama meja biasa. Maunya yang Olimpic asli, bahan kayu pinus dari bukit olympus. Untung Papa Om pegang lisensi Olimpic di sini!”
“Bener, Gie!”
“Eh, Om…” tiba-tiba saja terlintas pikiran lain. Sering bergaul dengan Om Yesus yang kelewat kreatif membuatku terbiasa berpikiran kreatif pula.
“Napa, Gie?”
“Om, nyang kemarin di pasar itu sebenarnya Om lagi memperdalam ilmu acting…, atau mau promosi meubel papanya, Om?”
“Ah, kamu, Gie!”
Aku tersenyum. Dan aku yakin Om Yesus juga tersenyum di seberang sana.
“Eh, Gie, kamu nelfon Om sebenarnya mo ngomongin apa, sih?”
“Oh, eh…, iya…. Aku hampir lupa, Om! Begini, Om. Menurut Om forum pemurtadan di murtadin_kafirunperlu ditutup, ngga?”
“Forum pemurtadan?”
“Iya, Om, Forum pemurtadan nyang di murtadin_kafirun! Yang di internet tea!”
“Forum pemurtadan di murtadin_kafirun? Di internet? Forum apa itu?”
“Masak Om ga tau?”
“Kamu gimana sih, Gie. Kamu pikir Om maha tahu?”
“Benar Om, ga tahu?”
“Sumpah Gie. Om kaga tahu!”
“Ah, yang bener Om!”
“Gie, Reggie.... Kamu kan sudah lama kenal Om. Masak kamu ngga percaya sama Om. Kalo Om bilang ngga tahu, ya ngga tahu!”
“Bukan begitu, Om. Bukan aku nggak percaya sama Om.”
“Terus?”
“Serius Om ngga tahu?”
“Ya ampun...! Gie, kamu pikir Om ini tuhan, apa?!”
Kemari sore aku nelfon Om Yesus. Yang ngangkat bundanya, “Ya, halo…! Syapa, nie?”
“Reggie, Bunda. Om Yesusnya ada?”
“Ooo…, Dek Reggie. Bentar, ya, Gie! Bunda panggilin.”
“Makasih, Bunda!”
Telfon ditarok. Kudengar Bunda memanggil Om, Yesus, “Syuusss…, Yesyuusss, Reggie, nih!”
“Ya, Bunda, bentar…!” suara Om Yesus di kejauhan.
"Syuusss..., Reggie!"
“Bilangin Reggie, aku telfon balik 30 menit lagi.”
“Dek Reggie, tutup dulu telfonnya, ya!” nada Bunda lembut kembali di telfon. “Syetengah jam lagi Om Yesyus telfon kamu.”
“Oke, Bunda. Makasih, Bunda!”
Telfon ditutup.
Lama mengenal Om Yesus, aku jadi lebih banyak tahu sifatnya. Biasanya, kalo Om Yesus lagi konsentrasi dengan pekerjaanya, atau sibuk dengan sesuatu, ia memang tidak mau diganggu. Pernah suatu hari, ketika Om Yesus asik ngobrol ngumpul-ngumpul sama sahabatnya, si Dagous tiba-tiba datang memberi tahu, “Sus, dicari Bunda! Bunda ada di luar. Bunda ingin ketemu kamu!”
“Siapa Bundaku?”
“Ha!” Dagous melongo. “Ya, Bunda! Bundamu, Syus!” Dagous mengulangi dengan memberi sedikit aksyen pada nama Om Yesus, menirukan Bunda kalau menyebut nama putra kesayangannya itu.
“Siapa Bundaku?”
“Ya, siapa, lagi! Bundamu, Syus!”
“Siapa Bundaku?” Om Yesus serius, nada suaranya tinggi.
Dagous diam. Jelas kulihat ia heran waktu itu dan tak tahu harus ngomong apa. Semua sahabat Om Yesus juga heran melihat ekspresi Om Yesus.
“Ini Bundaku!” lanjut Om Yesus sambil menunjuk ke arah sahabat-sahabatnya.
Dagous membuka kaca mata minusnya, menggosok-gosok, lalu dipasangnya kembali. Ia perhatikan satu persatu sahabat Om Yesus: Alius, Wachdius, Thomas, Adadus, Yohanes, siapa lagi ya..., Muridus Murtadus, Moderatrus, Mateus, Zebaus, Milalaus, Paulus, Lukas, Yakobus, Pakus Radenus, Petrus, Rebeccus... Para sahabat Om Yesus juga celingak celinguk, saling memperhatikan satu sama lain. Menyaksikan pemandangan itu, aku hanya tersenyum miris. Om Yesus ada-ada saja, pikirku. Masak sahabat-sahabatnya yang laki semua itu (kecuali si Rebeccus) dibilang bundanya. Untung Bunda nggak tahu waktu itu. Kalau Bunda tahu, pasti Bunda sedih juga dan kecewa menyaksikan guyonan Om Yesus yang keterlaluan.
Sebagai sahabat kecilnya, aku merasa paling bisa mengerti Om Yesus. Om Yesus memang nyentrik orangnya. Bahkan kupikir ia lebih dari sekedar nyentrik. Ia lebih tepat disebut sebagai seniman (walaupun tidak semua seniman harus nyentrik). Sering ia memakai perumpamaan ketika bertindak maupun berkata-kata. Dan itulah sesungguhnya yang membuatku tertarik dengannya. Aku mengidolakannya. Aku ingin jadi seniman seperti Om Yesus.
Aku punya teman…, teman sepermainan… nada dering dari mobilephone-ku. Cepat kuangkat.
“Ya, halo! Eh, Om!”
“Tadi telfon, ya. Ada, apa, Gie?”
“Anu, Om…. Anu…, Om lagi sibuk, ya?”
“Ah, enggak, juga. Tadi Om lagi bantuin Papa. Kenapa, Gie?”
“Bantuin Papa? Di mana, Om? Di Sorga?” aku menggodanya dengan menyebut nama toko meubel papanya Om Yesus: ‘Paradise Meubel’.
“Hehehe, kau bisa aja, Gie…” Om Yesus ketawa renyah.
“Emang Om bantuin Papa ngapain?”
“Sebenarnya, Papalah yang bantuin Om, Gie! Gara-gara yang di pasar kemarin itu lo, Gie! Orang-orang pada minta ganti rugi. Om disuruh ganti meja-meja yang om obrak abrik kemarin. Mereka datang ke tempat Om. Mana bawa-bawa Satpol Pamongpraja segala lagi!”
“Om, sih...,” kataku dengan nada menyesal dan sedikit menyalahkan, “Om terlalu bersemangat!” Lalu aku ketawa.
Om Yesus ikut ketawa.
“Orang-orang itu mana tahu, sih, Om? Coba, siapa yang mikir kalau Om sedang acting. Ujug-ujug Om ngamuk di pasar. Menjungkir balikkan meja dan dagangan orang. Mereka ngira Om benar-benar ngamuk, benar-benar gila. Aku sendiri sampai gemetaran lihat Om.”
“Bagus lah, Gie, kalau mereka ngira Om gila beneran. Berarti acting Om sukses, dong! Hahaha…”
“Om…, Om…! Tapi benar loh, Om, ekspresinya dapet. Pas banget, Om!”
“Siapa dulu dong, Gie!”
“Iya, aku percaya…, aku percaya…, Om Yesus tea, calon aktor terkenal!” timpalku.
“Hahaha…”
“Tapi bener loh Om. Sumpah! Keren abizz!”
“Belajar acting ga boleh setengah-setengah. Harus total, Gie! Tapi yang repotnya kalo harus berurusan sama Satpol Pamongpraja itu. Apalagi urusan ganti mengganti. Untung papa Om punya perusahaan meubel, Gie!”
“Ya…, untung Om. Kalo engga, berapa tuh, Om? Om mesti ganti meja-meja itu. Belum lagi harus ngeluarin ongkos ke Olimpia. Pedagang itu mana mau diganti mejanya sama meja biasa. Maunya yang Olimpic asli, bahan kayu pinus dari bukit olympus. Untung Papa Om pegang lisensi Olimpic di sini!”
“Bener, Gie!”
“Eh, Om…” tiba-tiba saja terlintas pikiran lain. Sering bergaul dengan Om Yesus yang kelewat kreatif membuatku terbiasa berpikiran kreatif pula.
“Napa, Gie?”
“Om, nyang kemarin di pasar itu sebenarnya Om lagi memperdalam ilmu acting…, atau mau promosi meubel papanya, Om?”
“Ah, kamu, Gie!”
Aku tersenyum. Dan aku yakin Om Yesus juga tersenyum di seberang sana.
“Eh, Gie, kamu nelfon Om sebenarnya mo ngomongin apa, sih?”
“Oh, eh…, iya…. Aku hampir lupa, Om! Begini, Om. Menurut Om forum pemurtadan di murtadin_kafirunperlu ditutup, ngga?”
“Forum pemurtadan?”
“Iya, Om, Forum pemurtadan nyang di murtadin_kafirun! Yang di internet tea!”
“Forum pemurtadan di murtadin_kafirun? Di internet? Forum apa itu?”
“Masak Om ga tau?”
“Kamu gimana sih, Gie. Kamu pikir Om maha tahu?”
“Benar Om, ga tahu?”
“Sumpah Gie. Om kaga tahu!”
“Ah, yang bener Om!”
“Gie, Reggie.... Kamu kan sudah lama kenal Om. Masak kamu ngga percaya sama Om. Kalo Om bilang ngga tahu, ya ngga tahu!”
“Bukan begitu, Om. Bukan aku nggak percaya sama Om.”
“Terus?”
“Serius Om ngga tahu?”
“Ya ampun...! Gie, kamu pikir Om ini tuhan, apa?!”
Last edited by hamba tuhan on Wed 24 Nov 2010, 6:28 pm; edited 2 times in total
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15888
Registration date : 2010-09-20
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14649
Registration date : 2010-04-16
Re: Obrolan Santai dengan Om Yesus
agus wrote:
buat refreshing aja mas agus thread ginian.....
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15888
Registration date : 2010-09-20
Re: Obrolan Santai dengan Om Yesus
Bener bro, sekalian buat pendidikan bagi tetangga sebelah agar tidak mudah tertipu dengan ilusi tuhan gadungan...
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14649
Registration date : 2010-04-16
Re: Obrolan Santai dengan Om Yesus
“Om …kalo ada Malaikat yang mati sudah tahu belom..?” lanjut Reggie
“Ada-ada aja kamu ini, mana ada Malaikat bisa mati..ah ngaco lagi”
“ Bener deh om gk percaya “
“Jangan bicara yang bukan bukan….nggak mungkin Malaikat mati, pasti pitnah itu”
“siapa yang pitnah om ….Tuhan saja bisa mati kok, pakai babak belur lagi Om”
'
“Ada-ada aja kamu ini, mana ada Malaikat bisa mati..ah ngaco lagi”
“ Bener deh om gk percaya “
“Jangan bicara yang bukan bukan….nggak mungkin Malaikat mati, pasti pitnah itu”
“siapa yang pitnah om ….Tuhan saja bisa mati kok, pakai babak belur lagi Om”
'
Mencarikebenaran- SILVER MEMBERS
- Number of posts : 1289
Reputation : 24
Points : 6401
Registration date : 2010-07-31
Re: Obrolan Santai dengan Om Yesus
Mencarikebenaran wrote:“Om …kalo ada Malaikat yang mati sudah tahu belom..?” lanjut Reggie
“Ada-ada aja kamu ini, mana ada Malaikat bisa mati..ah ngaco lagi”
“ Bener deh om gk percaya “
“Jangan bicara yang bukan bukan….nggak mungkin Malaikat mati, pasti pitnah itu”
“siapa yang pitnah om ….Tuhan saja bisa mati kok, pakai babak belur lagi Om”
'
Mencarikebenaran- SILVER MEMBERS
- Number of posts : 1289
Reputation : 24
Points : 6401
Registration date : 2010-07-31
Re: Obrolan Santai dengan Om Yesus
Mencarikebenaran wrote:Mencarikebenaran wrote:“Om …kalo ada Malaikat yang mati sudah tahu belom..?” lanjut Reggie
“Ada-ada aja kamu ini, mana ada Malaikat bisa mati..ah ngaco lagi”
“ Bener deh om gk percaya “
“Jangan bicara yang bukan bukan….nggak mungkin Malaikat mati, pasti pitnah itu”
“siapa yang pitnah om ….Tuhan saja bisa mati kok, pakai babak belur lagi Om”
'
mencari petunjuk- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 1217
Age : 39
Reputation : -4
Points : 6432
Registration date : 2010-10-17
gusti_bara- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 1550
Location : samping yesus
Job/hobbies : yang penting seneng
Humor : pantaskah saya menjadi anak yesus?
Reputation : -11
Points : 7481
Registration date : 2010-04-29
Re: Obrolan Santai dengan Om Yesus
hamba tuhan wrote:Obrolan Santai dengan Om Yesus
Kemari sore aku nelfon Om Yesus. Yang ngangkat bundanya, “Ya, halo…! Syapa, nie?”
“Reggie, Bunda. Om Yesusnya ada?”
“Ooo…, Dek Reggie. Bentar, ya, Gie! Bunda panggilin.”
“Makasih, Bunda!”
Telfon ditarok. Kudengar Bunda memanggil Om, Yesus, “Syuusss…, Yesyuusss, Reggie, nih!”
“Ya, Bunda, bentar…!” suara Om Yesus di kejauhan.
"Syuusss..., Reggie!"
“Bilangin Reggie, aku telfon balik 30 menit lagi.”
“Dek Reggie, tutup dulu telfonnya, ya!” nada Bunda lembut kembali di telfon. “Syetengah jam lagi Om Yesyus telfon kamu.”
“Oke, Bunda. Makasih, Bunda!”
Telfon ditutup.
Lama mengenal Om Yesus, aku jadi lebih banyak tahu sifatnya. Biasanya, kalo Om Yesus lagi konsentrasi dengan pekerjaanya, atau sibuk dengan sesuatu, ia memang tidak mau diganggu. Pernah suatu hari, ketika Om Yesus asik ngobrol ngumpul-ngumpul sama sahabatnya, si Dagous tiba-tiba datang memberi tahu, “Sus, dicari Bunda! Bunda ada di luar. Bunda ingin ketemu kamu!”
“Siapa Bundaku?”
“Ha!” Dagous melongo. “Ya, Bunda! Bundamu, Syus!” Dagous mengulangi dengan memberi sedikit aksyen pada nama Om Yesus, menirukan Bunda kalau menyebut nama putra kesayangannya itu.
“Siapa Bundaku?”
“Ya, siapa, lagi! Bundamu, Syus!”
“Siapa Bundaku?” Om Yesus serius, nada suaranya tinggi.
Dagous diam. Jelas kulihat ia heran waktu itu dan tak tahu harus ngomong apa. Semua sahabat Om Yesus juga heran melihat ekspresi Om Yesus.
“Ini Bundaku!” lanjut Om Yesus sambil menunjuk ke arah sahabat-sahabatnya.
Dagous membuka kaca mata minusnya, menggosok-gosok, lalu dipasangnya kembali. Ia perhatikan satu persatu sahabat Om Yesus: Alius, Wachdius, Thomas, Adadus, Yohanes, siapa lagi ya..., Muridus Murtadus, Moderatrus, Mateus, Zebaus, Milalaus, Paulus, Lukas, Yakobus, Pakus Radenus, Petrus, Rebeccus... Para sahabat Om Yesus juga celingak celinguk, saling memperhatikan satu sama lain. Menyaksikan pemandangan itu, aku hanya tersenyum miris. Om Yesus ada-ada saja, pikirku. Masak sahabat-sahabatnya yang laki semua itu (kecuali si Rebeccus) dibilang bundanya. Untung Bunda nggak tahu waktu itu. Kalau Bunda tahu, pasti Bunda sedih juga dan kecewa menyaksikan guyonan Om Yesus yang keterlaluan.
Sebagai sahabat kecilnya, aku merasa paling bisa mengerti Om Yesus. Om Yesus memang nyentrik orangnya. Bahkan kupikir ia lebih dari sekedar nyentrik. Ia lebih tepat disebut sebagai seniman (walaupun tidak semua seniman harus nyentrik). Sering ia memakai perumpamaan ketika bertindak maupun berkata-kata. Dan itulah sesungguhnya yang membuatku tertarik dengannya. Aku mengidolakannya. Aku ingin jadi seniman seperti Om Yesus.
Aku punya teman…, teman sepermainan… nada dering dari mobilephone-ku. Cepat kuangkat.
“Ya, halo! Eh, Om!”
“Tadi telfon, ya. Ada, apa, Gie?”
“Anu, Om…. Anu…, Om lagi sibuk, ya?”
“Ah, enggak, juga. Tadi Om lagi bantuin Papa. Kenapa, Gie?”
“Bantuin Papa? Di mana, Om? Di Sorga?” aku menggodanya dengan menyebut nama toko meubel papanya Om Yesus: ‘Paradise Meubel’.
“Hehehe, kau bisa aja, Gie…” Om Yesus ketawa renyah.
“Emang Om bantuin Papa ngapain?”
“Sebenarnya, Papalah yang bantuin Om, Gie! Gara-gara yang di pasar kemarin itu lo, Gie! Orang-orang pada minta ganti rugi. Om disuruh ganti meja-meja yang om obrak abrik kemarin. Mereka datang ke tempat Om. Mana bawa-bawa Satpol Pamongpraja segala lagi!”
“Om, sih...,” kataku dengan nada menyesal dan sedikit menyalahkan, “Om terlalu bersemangat!” Lalu aku ketawa.
Om Yesus ikut ketawa.
“Orang-orang itu mana tahu, sih, Om? Coba, siapa yang mikir kalau Om sedang acting. Ujug-ujug Om ngamuk di pasar. Menjungkir balikkan meja dan dagangan orang. Mereka ngira Om benar-benar ngamuk, benar-benar gila. Aku sendiri sampai gemetaran lihat Om.”
“Bagus lah, Gie, kalau mereka ngira Om gila beneran. Berarti acting Om sukses, dong! Hahaha…”
“Om…, Om…! Tapi benar loh, Om, ekspresinya dapet. Pas banget, Om!”
“Siapa dulu dong, Gie!”
“Iya, aku percaya…, aku percaya…, Om Yesus tea, calon aktor terkenal!” timpalku.
“Hahaha…”
“Tapi bener loh Om. Sumpah! Keren abizz!”
“Belajar acting ga boleh setengah-setengah. Harus total, Gie! Tapi yang repotnya kalo harus berurusan sama Satpol Pamongpraja itu. Apalagi urusan ganti mengganti. Untung papa Om punya perusahaan meubel, Gie!”
“Ya…, untung Om. Kalo engga, berapa tuh, Om? Om mesti ganti meja-meja itu. Belum lagi harus ngeluarin ongkos ke Olimpia. Pedagang itu mana mau diganti mejanya sama meja biasa. Maunya yang Olimpic asli, bahan kayu pinus dari bukit olympus. Untung Papa Om pegang lisensi Olimpic di sini!”
“Bener, Gie!”
“Eh, Om…” tiba-tiba saja terlintas pikiran lain. Sering bergaul dengan Om Yesus yang kelewat kreatif membuatku terbiasa berpikiran kreatif pula.
“Napa, Gie?”
“Om, nyang kemarin di pasar itu sebenarnya Om lagi memperdalam ilmu acting…, atau mau promosi meubel papanya, Om?”
“Ah, kamu, Gie!”
Aku tersenyum. Dan aku yakin Om Yesus juga tersenyum di seberang sana.
“Eh, Gie, kamu nelfon Om sebenarnya mo ngomongin apa, sih?”
“Oh, eh…, iya…. Aku hampir lupa, Om! Begini, Om. Menurut Om forum pemurtadan di murtadin_kafirunperlu ditutup, ngga?”
“Forum pemurtadan?”
“Iya, Om, Forum pemurtadan nyang di murtadin_kafirun! Yang di internet tea!”
“Forum pemurtadan di murtadin_kafirun? Di internet? Forum apa itu?”
“Masak Om ga tau?”
“Kamu gimana sih, Gie. Kamu pikir Om maha tahu?”
“Benar Om, ga tahu?”
“Sumpah Gie. Om kaga tahu!”
“Ah, yang bener Om!”
“Gie, Reggie.... Kamu kan sudah lama kenal Om. Masak kamu ngga percaya sama Om. Kalo Om bilang ngga tahu, ya ngga tahu!”
“Bukan begitu, Om. Bukan aku nggak percaya sama Om.”
“Terus?”
“Serius Om ngga tahu?”
“Ya ampun...! Gie, kamu pikir Om ini tuhan, apa?!”
Re: Obrolan Santai dengan Om Yesus
mohon bantuannya saya netter baru
anti kafirun-
Number of posts : 4
Reputation : 0
Points : 4672
Registration date : 2011-08-04
Re: Obrolan Santai dengan Om Yesus
anti kafirun wrote:mohon bantuannya saya netter baru
Saran gw, jangan pernah masuk surga yang ada pelacurnya ......
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14649
Registration date : 2010-04-16
KOLOR GANTUNG- BLUE MEMBERS
- Number of posts : 857
Reputation : -2
Points : 5947
Registration date : 2010-10-08
kafilah- BLUE MEMBERS
- Number of posts : 792
Reputation : 3
Points : 5525
Registration date : 2011-08-16
Re: Obrolan Santai dengan Om Yesus
wah bilang aja numpang iklan ....sepi pengunjung ya masss.....
bill lahdong- RED MEMBERS
-
Number of posts : 18
Location : golgota
Job/hobbies : berburu kambing....
Humor : alloh swt udah gk dengar, makanya harus pake Toa....
Reputation : 0
Points : 4242
Registration date : 2012-10-29
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN