Similar topics
Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 66 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 66 Guests :: 2 BotsNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
islam kiri bukan pengaruh marxisme
Page 1 of 1
islam kiri bukan pengaruh marxisme
Prof. Dr. Hassan Hanafi:
Kiri itu seksi, kata seorang pemikir. Tak hanya dipakai kalangan komunis, istilah kiri juga dikenal dalam khazanah pemikiran Islam. Itulah Alyasar Alislamiy (Kiri Islam), yaitu paham Islam menekankan aspek revolusioner dalam agama. Kiri Islam tak bersangkut paut dengan Marxisme. Kiri tersebut adalah istilah dalam ilmu sosial yang berarti resistensi dan kritisisme.
Kiri Islam dikembangkan dan dipopulerkan Prof. Dr. Hassan Hanafi, 66 tahun, guru besar bidang filsafat di Universitas Kairo, Mesir. Pernah menjadi anggota Ikhwanul Muslimin, organisasi garis keras di Mesir, Hassan mengaku belajar banyak dari Sayid Qutb, peletak dasar Kiri Islam yang dihukum gantung oleh pemerintah Mesir pada 1954. Hassan meraih gelar doktor di Universitas Sorbonne, Prancis, kampus yang banyak melahirkan filsuf dunia.
Menguasai teks klasik Islam dan pemikiran Barat, Hassan diakui sebagai cendekiawan muslim bereputasi internasional. Sejumlah buku karya Hassan telah diindonesiakan, antara lain Agama, Ideologi dan Pembangunan terbitan P3M Jakarta, dan Dialog Agama dan Revolusi terbitan Pustaka Firdaus Jakarta. LKIS, lembaga kajian yang dikelola generasi muda Nahdlatul Ulama di Yogya, pernah menerbitkan buku Kiri Islam, suatu telaah kritis atas pemikiran Hassan Hanafi, karya cendekiawan Jepang Kazuo Shimogaki.
Pertengahan Mei hingga awal Juni ini, Hassan berceramah di beberapa perguruan tinggi dan lembaga di Indonesia. Wartawan Tempo Agus Hidayat mewancarainya, Kamis pekan lalu. Petikannya:
Apa latar belakang pribadi Anda di belakang konsep Kiri Islam?
Pada awal 1950-an saya anggota Ikhwanul Muslimin dan belajar banyak dari Sayid Qutb, peletak dasar Kiri Islam. Pada 1954 saya berkenalan dengan pemikiran Mushadad, seorang nasionalis di Iran. Kawan-kawan di Ikhwanul Muslimin selalu mengatakan bahwa Mushadad adalah kiri, Marxis, komunis. Namun, menurut saya, Mushadad bukan komunis, tapi nasionalis. Lalu saya mulai membangun sayap kiri di Ikhwanul Muslimin untuk melindungi nasionalisme, keadilan sosial, hak asasi manusia, dan lain-lain. Ketika terjadi revolusi di Mesir pada 1952, sejumlah aktivis Ikhwanul Muslimin ditangkap dan dipenjara. Waktu itu saya berada di Prancis. Sekembali ke Mesir pada 1966, saya memutuskan untuk terus berada dalam jalur pemikiran Sayid Qutb, yaitu keadilan sosial dalam Islam.
Apakah Kiri Islam terpengaruh Marxisme?
Tidak sama sekali. Kiri adalah konsep ilmu sosial. Kiri adalah kekuatan untuk berubah. Revolusi Islam, keadilan Islam, jihad Islam, semua konsep itu Kiri Islam. Saya siap mengubah penggunaan konsep Kiri Islam ini jika saya dapat menemukan yang lebih baik. Kiri Islam tetap mengambil Islam sebagai referensi utama. Kiri Islam berarti saya agen perubahan dalam komunitas Islam, mengambil Islam sebagai ideologi. Kiri Islam sama sekali tidak ada pengaruh dari Marxisme atau sosialisme, karena pemikiran saya dilatarbelakangi keadaan sosial di negara-negara Islam yang mayoritas masih didominasi kemiskinan dan angka pengangguran yang tinggi, misalnya Indonesia. Kita tidak perlu menjadi seorang Marxis untuk dapat melihat bahwa ada persoalan keadilan sosial di sini. Mengapa orang yang berbicara tentang keadilan sosial harus seorang Marxis?
Relevansinya untuk Indonesia?
Saya pikir, umat Islam Indonesia bisa berupaya mengombinasikan antara pemikiran Islam dan pemikiran progresif, misalnya Islam dengan demokrasi, Islam dengan kebebasan, Islam dengan keadilan sosial. Umat Islam Indonesia dapat menjadi modern, tapi pada saat bersamaan mereka tidak sekuler, artinya mereka masih berpegang teguh kepada dogma Islam. Dalam kiri Islam, pemikiran ini bertemu. Anda dapat mengekspresikan keinginan untuk menjadi modern dengan tetap menjaga legitimasi sebagai seorang muslim.
Adakah kelompok di Indonesia yang terpengaruh Kiri Islam ini?
Ya. Ada kelompok Kiri Islam di Nahdhatul Ulama. Kelompok sejenis juga ada di Malaysia, Aljazair, Tunisia, Maroko, Lebanon, Yordania, dan Kuwait. Kita menemukan banyak kelompok lain yang merepresentasikan tren baru ini.
Apakah konsep Kiri Islam diterima di Indonesia?
Ya, saya melihat masyarakat Islam Indonesia bersikap terbuka terhadap pembaharuan pemikiran, mau berbagi dan berupaya memecahkan persoalan modern dari kacamata Islam. Saya pikir Kiri Islam merupakan sebuah alternatif cara berpikir yang bisa dilakukan di sini.
Harapan Anda dari Kiri Islam bagi kemajuan pemikiran umat Islam?
Revitalisasi pemikiran dan proses kritis yang makin baik. Sudah saatnya kita membuat perubahan yang berlanjut, bahwa kehidupan Islam modern merupakan kelanjutan dari tradisionalisme Islam.
Wawancara ini diambil dari Majalah Tempo No. 14/XXX/4 - 10 Juni 2001.
Kiri itu seksi, kata seorang pemikir. Tak hanya dipakai kalangan komunis, istilah kiri juga dikenal dalam khazanah pemikiran Islam. Itulah Alyasar Alislamiy (Kiri Islam), yaitu paham Islam menekankan aspek revolusioner dalam agama. Kiri Islam tak bersangkut paut dengan Marxisme. Kiri tersebut adalah istilah dalam ilmu sosial yang berarti resistensi dan kritisisme.
Kiri Islam dikembangkan dan dipopulerkan Prof. Dr. Hassan Hanafi, 66 tahun, guru besar bidang filsafat di Universitas Kairo, Mesir. Pernah menjadi anggota Ikhwanul Muslimin, organisasi garis keras di Mesir, Hassan mengaku belajar banyak dari Sayid Qutb, peletak dasar Kiri Islam yang dihukum gantung oleh pemerintah Mesir pada 1954. Hassan meraih gelar doktor di Universitas Sorbonne, Prancis, kampus yang banyak melahirkan filsuf dunia.
Menguasai teks klasik Islam dan pemikiran Barat, Hassan diakui sebagai cendekiawan muslim bereputasi internasional. Sejumlah buku karya Hassan telah diindonesiakan, antara lain Agama, Ideologi dan Pembangunan terbitan P3M Jakarta, dan Dialog Agama dan Revolusi terbitan Pustaka Firdaus Jakarta. LKIS, lembaga kajian yang dikelola generasi muda Nahdlatul Ulama di Yogya, pernah menerbitkan buku Kiri Islam, suatu telaah kritis atas pemikiran Hassan Hanafi, karya cendekiawan Jepang Kazuo Shimogaki.
Pertengahan Mei hingga awal Juni ini, Hassan berceramah di beberapa perguruan tinggi dan lembaga di Indonesia. Wartawan Tempo Agus Hidayat mewancarainya, Kamis pekan lalu. Petikannya:
Apa latar belakang pribadi Anda di belakang konsep Kiri Islam?
Pada awal 1950-an saya anggota Ikhwanul Muslimin dan belajar banyak dari Sayid Qutb, peletak dasar Kiri Islam. Pada 1954 saya berkenalan dengan pemikiran Mushadad, seorang nasionalis di Iran. Kawan-kawan di Ikhwanul Muslimin selalu mengatakan bahwa Mushadad adalah kiri, Marxis, komunis. Namun, menurut saya, Mushadad bukan komunis, tapi nasionalis. Lalu saya mulai membangun sayap kiri di Ikhwanul Muslimin untuk melindungi nasionalisme, keadilan sosial, hak asasi manusia, dan lain-lain. Ketika terjadi revolusi di Mesir pada 1952, sejumlah aktivis Ikhwanul Muslimin ditangkap dan dipenjara. Waktu itu saya berada di Prancis. Sekembali ke Mesir pada 1966, saya memutuskan untuk terus berada dalam jalur pemikiran Sayid Qutb, yaitu keadilan sosial dalam Islam.
Apakah Kiri Islam terpengaruh Marxisme?
Tidak sama sekali. Kiri adalah konsep ilmu sosial. Kiri adalah kekuatan untuk berubah. Revolusi Islam, keadilan Islam, jihad Islam, semua konsep itu Kiri Islam. Saya siap mengubah penggunaan konsep Kiri Islam ini jika saya dapat menemukan yang lebih baik. Kiri Islam tetap mengambil Islam sebagai referensi utama. Kiri Islam berarti saya agen perubahan dalam komunitas Islam, mengambil Islam sebagai ideologi. Kiri Islam sama sekali tidak ada pengaruh dari Marxisme atau sosialisme, karena pemikiran saya dilatarbelakangi keadaan sosial di negara-negara Islam yang mayoritas masih didominasi kemiskinan dan angka pengangguran yang tinggi, misalnya Indonesia. Kita tidak perlu menjadi seorang Marxis untuk dapat melihat bahwa ada persoalan keadilan sosial di sini. Mengapa orang yang berbicara tentang keadilan sosial harus seorang Marxis?
Relevansinya untuk Indonesia?
Saya pikir, umat Islam Indonesia bisa berupaya mengombinasikan antara pemikiran Islam dan pemikiran progresif, misalnya Islam dengan demokrasi, Islam dengan kebebasan, Islam dengan keadilan sosial. Umat Islam Indonesia dapat menjadi modern, tapi pada saat bersamaan mereka tidak sekuler, artinya mereka masih berpegang teguh kepada dogma Islam. Dalam kiri Islam, pemikiran ini bertemu. Anda dapat mengekspresikan keinginan untuk menjadi modern dengan tetap menjaga legitimasi sebagai seorang muslim.
Adakah kelompok di Indonesia yang terpengaruh Kiri Islam ini?
Ya. Ada kelompok Kiri Islam di Nahdhatul Ulama. Kelompok sejenis juga ada di Malaysia, Aljazair, Tunisia, Maroko, Lebanon, Yordania, dan Kuwait. Kita menemukan banyak kelompok lain yang merepresentasikan tren baru ini.
Apakah konsep Kiri Islam diterima di Indonesia?
Ya, saya melihat masyarakat Islam Indonesia bersikap terbuka terhadap pembaharuan pemikiran, mau berbagi dan berupaya memecahkan persoalan modern dari kacamata Islam. Saya pikir Kiri Islam merupakan sebuah alternatif cara berpikir yang bisa dilakukan di sini.
Harapan Anda dari Kiri Islam bagi kemajuan pemikiran umat Islam?
Revitalisasi pemikiran dan proses kritis yang makin baik. Sudah saatnya kita membuat perubahan yang berlanjut, bahwa kehidupan Islam modern merupakan kelanjutan dari tradisionalisme Islam.
Wawancara ini diambil dari Majalah Tempo No. 14/XXX/4 - 10 Juni 2001.
paulusjancok- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 809
Age : 36
Humor : Yesus nggak pake sempak...hanya orang GOBLOK yang menyembahnya
Reputation : 1
Points : 6484
Registration date : 2011-08-12
Similar topics
» Islam Agama Teror Harus Dipahami Semua Umat Bukan Islam
» GUS DUR: "Kita butuh Islam ramah, bukan Islam marah"
» marxisme vs agama
» GUS DUR: "Kita butuh Islam ramah, bukan Islam marah"
» marxisme vs agama
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN